Hindari ‘Rebahan’ Demi Cegah Kanker Pankreas Pada Usia Muda

- Admin

Minggu, 7 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi. Foto: Pixabay

Ilustrasi. Foto: Pixabay

INIKEPRI.COM – Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan dewasa muda disarankan menghindari gaya hidup sedenter (yang juga populer disebut rebahan) untuk dapat mencegah terjadinya kanker pankreas.

“Terus terang saja gaya hidup sedenter atau gaya hidup tidak sehat ini seakan jadi tren. Anak muda makannya tinggi lemak misalnya steak, minumnya juga rutin alkohol,merokok juga jadi budaya, lalu obesitas dan seringnya tidak sadar. Itu berisiko terkena kanker pankreas,” kata Ari dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dikutip dari ANTARA, pada Minggu (7/12/2024).

Kanker pankreas pada umumnya berpotensi terjadi pada individu usia 55 tahun ke atas, namun, dengan perkembangan gaya hidup seperti gaya hidup sedenter maka potensi dewasa muda di usia 30-an terkena kanker pankreas juga ikut membesar.

BACA JUGA :

Ini Tanda-tanda Kanker Kulit yang Bisa Dikenali Diri Sendiri

Dokter yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI itu menjelaskan pankreas dalam tubuh merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan karena fungsinya untuk menghasilkan enzim serta untuk menghasilkan hormon insulin.

Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter maka organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tak terkecuali pankreas.

Dengan fungsinya yang vital sebagai penghasil enzim untuk pencernaan, apabila makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak memiliki gizi dan hanya memperberat kinerja pankreas maka lambat laun akan terjadi masalah kesehatan termasuk salah satunya potensi kanker.

Baca Juga :  Polusi Udara, Menkes Sarankan Masyarakat Kenakan Masker KF 94

“Secara logika makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh menjadi lebih berat, bila melihat fungsinya pankreas itu menciptakan enzim. Kalau kinerjanya jadi lebih berat artinya bisa menyebabkan masalah, dan bisa sudah ada masalah daging-daging itu sulit tuntas dicerna, akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip, dan berujung kanker,” kata Ari.

Selain menghindari gaya hidup sedenter, Ari juga menyarankan untuk rutin melakukan medical check-up (MCU) atau pemeriksaan medis umum bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun untuk mencegah kanker pankreas.

Beberapa hal yang harus diperiksa di antaranya darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker. Terkhusus untuk orang-orang yang kerap mengalami nyeri ulu hati, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya potensi terjadinya kanker pankreas.

Baca Juga :  Antivirus Corona Asal Indonesia Dipatenkan, Seberapa Ampuh?

World Cancer Research Fund International mencatat kanker pankreas menempati posisi ke-12 sebagai kanker yang umum ditemukan di dunia. Pada 2020, secara global ada sebanyak 495.000 kasus kanker pankreas.

Kanker pankreas dikenal sebagai silent killer karena tingkat kematiannya begitu tinggi setelah penderita dinyatakan memiliki kanker pankreas.

Hal itu dapat dilihat dari laporan di AS lewat Surveillance Epidemiology and End Result Program (SEER) yang mengungkap pada 2020 ditemukan 57.600 kasus kanker pankreas dan sekitar 90 persen dengan total 47.050 kasus berujung kematian. (RBP)

Berita Terkait

Kepala Bapanas: Anggur Shine Muscat Aman, Tapi Cuci Dulu sebelum Konsumsi
Kemenkes Luncurkan SATUSEHAT untuk Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Terintegrasi
BPOM Terbitkan Peraturan Baru Batas Cemaran dalam Kosmetik
Kementerian Kesehatan Anjurkan Skrining Kesehatan Jiwa Sekali Setahun untuk Semua Kalangan
Kementerian Kesehatan: Klaim Pandemi COVID-19 Rekayasa Adalah Informasi Palsu
Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi
Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox

Berita Terkait

Selasa, 5 November 2024 - 08:40 WIB

Kepala Bapanas: Anggur Shine Muscat Aman, Tapi Cuci Dulu sebelum Konsumsi

Jumat, 1 November 2024 - 07:16 WIB

Kemenkes Luncurkan SATUSEHAT untuk Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Terintegrasi

Senin, 28 Oktober 2024 - 09:42 WIB

BPOM Terbitkan Peraturan Baru Batas Cemaran dalam Kosmetik

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 10:10 WIB

Kementerian Kesehatan Anjurkan Skrining Kesehatan Jiwa Sekali Setahun untuk Semua Kalangan

Kamis, 24 Oktober 2024 - 08:19 WIB

Kementerian Kesehatan: Klaim Pandemi COVID-19 Rekayasa Adalah Informasi Palsu

Senin, 16 September 2024 - 11:52 WIB

Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi

Kamis, 29 Agustus 2024 - 07:53 WIB

Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri

Rabu, 28 Agustus 2024 - 09:00 WIB

Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox

Berita Terbaru

Menko Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar saat Rapat Koordinasi dengan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Menteri PPMI/Kepala BP2MI) Abdul Kadir Karding/Foto: Kemenko PM

Nasional

Negara Harus Hadir Berikan Perlindungan PMI secara Utuh

Rabu, 6 Nov 2024 - 08:41 WIB

Rajapola