Batam, inikepri.com – Mentari belum lagi muncul dengan sempurna. Namun aktifitas di trotoar dan jalanan dari seberang eks Hotel Allium hingga depan plaza Avava, Jodoh, mulai dipenuhi para pedagang yang mendirikan tenda dan menggelar lapak jualannya, Rabu (20/05).
Beragam barang dagangan dijajakan disini. Mulai mainan, handphone, pecah belah, sepatu, pakaian, hingga dalaman tersedia disini. Mayoritas kondisinya adalah seken luar negeri.
Disini menjadi tempat hunting barang berkualitas dengan harga miring, tersohor hingga ke luar Batam. Sebelum pandemi Corona, lautan manusia tumpah ruah disini. Acapkali, untuk berjalan mengitari satu tenda ke tenda lainnya harus terhenti, karena padatnya pembeli.
Biasanya, hingga pukul 10 pagi, pemandangan ini lazim terjadi. Saat pandemi Corona terjadi, pasar ini sempat sepi. Bisa jadi karena alasan ketakutan terhadap virus ini.
Namun, itu hanya beberapa hari saja. Pasar kemudian mulai didatangi para pembeli. Memang tidak sama seperti biasanya.
“Masih terasa imbas dari Corona, bang. Belum begitu ramailah,”kata seorang penjual.
Pasar seken yang tidak jauh dari pasar Tos 3000 ini, perlahan hari ini mulai ramai, terlebih karena hari raya idul fitri tinggal menghitung hari. Tak sedikit, mereka yang habis berbelanja dari pasar basah tos 3000, melanjutkan belanjanya di pasar seken ini, begitu juga sebaliknya.
Seperti ironi, melihat ramainya manusia ditengah pandemi Corona yang semakin merebak di kota ini. Penambahan pasien yang cukup signifikan di dua hari terakhir, tidak membuat kerisauan bagi mereka untuk berdesakkan.
“Satu baju sepuluh ribu, ambil tiga dua puluh ribu. Dipilih, dipilih. Barang baru kita bongkar,” teriak seorang penjual lainnya, yang membiarkan mulutnya tidak ditutupi masker.
Suara semacam seperti ini seperti riuh yang menggema, diantara saling penjual saling membalas dalam menjajakan dagangannya.
Dari dalam sebuah tenda, terlihat beberapa orang yang sedang memilah baju dari gantungan. Jarak mereka sangat dekat, bahkan ada yang tidak memakai masker dan ada yang menggantungkan masker dilehernya.
“Susah bernafas bang,”jawab seorang ibu, saat ditanya kenapa maskernya tidak dikenakan dengan benar.
Ketika kami menanyakan lagi terkait pentingnya menjaga jarak aman.
Dia menjawab, “Paham sih bang, cuma mau gimana lagi. Namanya juga di pasar. Tentu tidak bisa menjaga jarak aman. Yang penting, sampai rumah langsung mandi,”.
“Khawatir sih iya, tapi gak boleh takut kali lah,” katanya terkait penambahan pasien positif di Batam dua hari ini.
Hujanpun tiba tiba turun, pasar kembali sepi. Para pembeli tampak berlari untuk berteduh di emperan ruko di sekitar, pedagang dengan cepat mengemasi barang jualannya.
Kondisi Malam Hari Lebih Ramai
Menjelang sore, para pelapak kembali menggelar dagangannya. Jalan yang seharusnya menjadi tempat lalu lalang kendaraan, berganti fungsi. Bertahun tahun kondisi ini terjadi, seakan pemerintah kota melegalkan hal ini.
Zona merah yang ditetapkan seakan akan dikangkangi, karena persiapan idul fitri. Terlihat, banyak anak-anak yang dibawa orang tuanya kesini.
Semakin malam, tempat ini semakin ramai. Berbondong-bondong pengunjung memenuhi areal ini. Dari segala penjuru mereka hadir, ada yang sibuk memilih pakaian, ada yang hanya sekedar melihat-lihat. Memakai masker tapi mengabaikan jarak aman, yang lebih parah tak sedikit juga dari mereka yang tidak mengenakan masker.
“Cuci mata, bang. Mana tahu ada yang bisa dibeli,” jawab seorang bapak yang menggandeng anaknya.
Seakan tidak ada takutnya, mereka seakan sedang bertamasya di tengah sebuah musibah.
Tanpa jarak aman seperti yang pemerintah anjurkan. Pengunjung saling berdesakkan, pembeli saling menawarkan. Sungguh ini hal yang sangat mengkhawatirkan, akankah pandemi ini segera berlalu dari kota ini? Atau bisa saja tercipta cluster baru dari sini….
Bersambung…