Takdir Wartawan Jadi Bupati Siak: Karena Pena Juga Bisa Jadi Pedang

- Admin

Rabu, 4 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Afni Z dan Syamsurizal dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Siak oleh Gubernur Riau. Foto: Istimewa

Afni Z dan Syamsurizal dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Siak oleh Gubernur Riau. Foto: Istimewa

INIKEPRI.COM – 4 Juni 2025 menjadi hari yang ditulis bukan sekadar dalam tinta, tetapi dalam lembar sejarah Kabupaten Siak. Hari itu, seorang perempuan yang dahulu hanya dikenal lewat byline kecil di sudut halaman surat kabar, kini berdiri di podium pelantikan sebagai Bupati Siak periode 2025–2030.

Namanya Afni Zulkifli. Ia bukan anak raja, bukan pula pewaris dinasti politik. Ia hanyalah anak tukang lontong dari belakang SMAN 1 Siak, yang tumbuh bersama debu jalanan dan aroma pagi di dapur ibunya.

Namun dari pena yang dulu ia genggam untuk menulis nasib orang lain, kini ia menggenggam amanah rakyat. Karena dalam hidup, kadang pena yang terus menuliskan kebenaran—pada waktunya—akan berubah menjadi pedang yang membuka jalan takdir.

Anak Lontong dari Belakang Sekolah

Afni lahir pada 23 Juni 1985, di jantung Siak yang sederhana. Ayahnya bekerja serabutan, ibunya menjual lontong. Rumah mereka berdinding papan, tepat di belakang sekolah menengah negeri yang kini menjadi saksi bisu perjalanan anak gadis itu. Ia tumbuh tanpa gembar-gembor, namun selalu menonjol dalam diam. Pandai bicara, cepat menangkap, dan selalu punya rasa ingin tahu yang lebih besar dari kantong ayahnya.

Selepas jadi santriwati di Pekanbaru, Afni pulang ke Siak dan menamatkan pendidikan di SMAN 1. Namun dunia kecil ini tak cukup baginya. Tahun 2003, ia berangkat ke Malang untuk kuliah di Universitas Islam Malang, mengambil Ilmu Administrasi Publik. Anak kampung itu, untuk pertama kalinya, memijak tanah yang jauh—tapi justru menemukan dirinya.

Baca Juga :  Tips dr Boyke Agar Dapat Anak Perempuan

Pena Pertama dan Jalan yang Tak Mulus

Lulus tahun 2007, ia pulang ke Riau. Tapi bukan ke kantor pemerintah seperti banyak lulusan administrasi lainnya, melainkan ke dunia yang lebih dinamis: jurnalisme. Ia bergabung sebagai wartawan di sebuah surat kabar jaringan nasional. Dari situlah hidupnya diuji dan digembleng.

Liputan kriminal, bencana alam, demo buruh, hingga kunjungan presiden. Semua ia lakoni. Pernah satu ketika ia harus meliput dari Panam ke Polsek Rumbai, nyaris kehabisan bensin. “Kalau saya berhenti di depan rumahmu, berarti minyak habis,” katanya kepada seorang kawan.

Ia naik motor ke mana-mana. Ke lokasi gempa Padang tahun 2009 pun dilibasnya. Satu wartawan, satu motor, satu hati yang tak ingin melewatkan berita. Tak ada uang, tapi ada idealisme. Tak ada privilege, tapi ada tekad.

Naik ke Jakarta, Turun Kembali sebagai Pemimpin

Dedikasinya membuat ia dipromosikan ke Jakarta. Di sana, ia liput ke DPR RI, Istana Negara, hingga forum internasional. Tapi ia tak mabuk gedung tinggi. Ia tetap anak Siak yang rindu tanah basah kampungnya. Tahun 2015, ia pulang ke Pekanbaru sebagai Pemimpin Redaksi.

Tapi titik baliknya justru datang dari berita soal kabut asap. Ia memaksa timnya untuk terus menggempur isu itu hingga menyentuh telinga Menteri LHK saat itu, Siti Nurbaya Bakar. Dari sering menyuruh wartawan bertanya, Afni akhirnya diminta bicara langsung. Ucapannya jernih, datanya kuat, dan keberaniannya menonjol. Maka sejak 2016, ia ditarik ke Jakarta sebagai Tenaga Ahli Menteri LHK.

Baca Juga :  Rutin Masturbasi, Apakah Normal?

Kembali ke Siak, Membela Rakyat

Sejak itu, ia tak hanya bicara atas nama pemerintah. Ia turun ke kampung-kampung, memediasi konflik lahan, memperjuangkan masyarakat adat, mendampingi petani yang digusur oleh perusahaan HTI. Ia membantu mereka mendapat sertifikat biru atas tanah yang dulu hanya bisa dilihat, tapi tak bisa dimiliki.

Ia juga mengejar pendidikan hingga meraih gelar Doktor pada 2020. Mengajar sebagai dosen di Universitas Lancang Kuning, menjadi Ketua Muslimat NU Siak, dan tetap menjadi suara rakyat. Maka ketika ia memutuskan terjun ke politik, rakyat Siak tak kaget. Mereka sudah lebih dulu merasakannya hadir di tengah masalah, bahkan sebelum kampanye dimulai.

Perempuan, Wartawan, Melawan Dinasti

Tahun 2024, ia tancap gas untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Siak. Meski sempat gagal nyaleg karena dinamika partai, ia tak surut. Bersama Syamsurizal dari Demokrat, mereka maju dengan nomor urut 2. Lawannya? Alfedri–Husni Merza (petahana), dan Irving–Sugianto (tokoh senior).

Ia dihina. Katanya perempuan tak pantas memimpin. Katanya tak punya uang politik. Katanya wartawan tak tahu dunia birokrasi. Tapi ia tahu: rakyat sudah muak dengan politik yang hanya menukar janji dengan baliho.

Dan benar. Hasil pemilu menunjukkan: Afni-Syamsurizal menang tipis, hanya selisih 224 suara dari petahana. Digugat ke MK, disuruh Pemungutan Suara Ulang, digugat lagi… tapi rakyat tetap memilihnya. Dan akhirnya, Afni resmi dilantik sebagai Bupati Siak, perempuan pertama, anak Siak pertama, dan mantan wartawan pertama yang memimpin negeri berjulukan Negeri Istana itu.

Baca Juga :  SAPA 129, Layanan Cepat dan Aman untuk Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

Karena Pena Juga Bisa Jadi Pedang

Afni Zulkifli adalah bukti bahwa tak semua kekuasaan diraih dari warisan atau uang. Ia datang dari rakyat biasa. Dan justru karena itu, ia tahu cara berpihak. Ia pernah menulis tentang luka Siak. Kini, ia ingin menulis ulang nasibnya.

Ia tak pernah mengangkat senjata. Tapi setiap berita yang ia tulis, setiap pertanyaan yang ia lemparkan ke narasumber, setiap langkah ke desa-desa yang terlupakan—adalah bentuk perlawanan yang halus tapi kuat.

Dan hari ini, pena itu telah menjadi pedang. Bukan untuk melukai, tapi untuk menebas ketidakadilan, membuka jalan perubahan, dan menuliskan babak baru bagi Siak.

Dari Wartawan untuk Negeri

Afni tak mengubah dirinya ketika menjadi pemimpin. Ia hanya memperluas ruang perjuangan. Dari kertas koran ke peraturan daerah. Dari ruang redaksi ke ruang rapat. Dari menulis suara rakyat, kini ia menjadi suara itu sendiri.

Karena sesungguhnya, pemimpin terbaik bukan yang paling tinggi pangkatnya. Tapi yang paling lama berdiri di tengah rakyat. Dan Afni Zulkifli, anak wartawan, perempuan Siak, adalah salah satunya.

Ditulis untuk mengenang satu perjalanan luar biasa, dari pena ke podium, dari rakyat untuk rakyat.

Penulis : IZ

Berita Terkait

SAPA 129, Layanan Cepat dan Aman untuk Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
Ini Arti Logo Peringatan Hari Ibu 2024
1 Desember, Ditjen Imigrasi Terapkan Penerbitan E-Paspor 100 Persen
Judi Online Menambah Kemiskinan Baru, Literasi Digital Jadi Kunci Pemberantasannya
Pendaftaran Seleksi PPIH 2025 Dibuka: Inilah Cara Daftar dan Persyaratannya
Setyo Budiyanto Ketua KPK yang Baru
Gerakan Perempuan Berkarya Tingkatkan Peluang Usaha dan Lapangan Kerja
Tips dr Boyke Agar Dapat Anak Perempuan

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 05:50 WIB

SAPA 129, Layanan Cepat dan Aman untuk Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

Rabu, 4 Juni 2025 - 21:18 WIB

Takdir Wartawan Jadi Bupati Siak: Karena Pena Juga Bisa Jadi Pedang

Minggu, 22 Desember 2024 - 10:23 WIB

Ini Arti Logo Peringatan Hari Ibu 2024

Senin, 2 Desember 2024 - 08:07 WIB

1 Desember, Ditjen Imigrasi Terapkan Penerbitan E-Paspor 100 Persen

Jumat, 29 November 2024 - 10:02 WIB

Judi Online Menambah Kemiskinan Baru, Literasi Digital Jadi Kunci Pemberantasannya

Berita Terbaru