INIKEPRI.COM — Pagi di Pulau Bulang masih berbalut kabut tipis saat rombongan perahu motor yang membawa Ketua DPRD Kepulauan Riau, Iman Sutiawan, merapat ke dermaga kecil. Warga sudah menunggu sejak subuh, sebagian membawa anak, sebagian lagi duduk di tikar sembari menatap laut.
Hari itu bukan sekadar kunjungan pejabat, tapi datangnya harapan yang telah lama ditunggu: jembatan penghubung dan listrik yang menyala penuh.
“Kami minta sama Pak Iman tidak banyak, hanya jembatan penghubung dan listrik 24 jam saja,” ucap Raja Helmi, Ketua LPM Pulau Bulang Kebam, dengan nada tulus namun sarat harap. Kalimat sederhana itu disambut tepuk tangan panjang, seolah menjadi gema yang mewakili seluruh suara warga pulau.
Iman, dengan kemeja putih yang mulai basah oleh peluh, tersenyum dan menatap warga di hadapannya.
“Saya sudah bicara dengan pemerintah pusat, juga dengan Pak Amsakar dan Bu Li Claudia. Kalau 2026 belum terealisasi, saya pastikan 2027 atau paling lambat 2028 jembatan itu dibangun,” ujarnya tegas, disambut sorak bahagia.
Di sela kunjungan itu, Iman juga menyalurkan 2.000 paket sembako bagi warga Kecamatan Bulang dan Galang. Bantuan tersebut merupakan titipan Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Dapil Kepri, HM Endipat Wijaya, yang disalurkan melalui Iman Sutiawan.
Namun, lebih dari sekadar bantuan sosial, kunjungan ini menjadi ruang nyata bagi warga untuk menyampaikan aspirasi langsung kepada wakil mereka.
Isu listrik menjadi perbincangan berikutnya. Di beberapa wilayah, aliran listrik masih padam bergilir. Warga mengeluh, anak-anak sulit belajar malam hari, kulkas tidak bisa digunakan, dan kegiatan ekonomi tersendat. Iman menegaskan, pada 2026 seluruh wilayah Bulang dan Galang sudah akan menikmati listrik 24 jam.
“Kenapa listrik di Pulau Pemping bisa gratis dan menyala 24 jam? Karena PLN Batam memberikan subsidi untuk masyarakat di sana. Itu juga yang akan kita dorong di sini,” jelasnya.
“Mari kita doakan Pak Amsakar dan Bu Li Claudia selalu sehat, agar pembangunan ini bisa terus berjalan,” tambahnya disambut doa bersama.
Kunjungan berlanjut hingga sore. Warga bergantian menyalami Iman, ada yang membawa buah tangan sederhana: kelapa muda, ikan kering, dan hasil laut lainnya. Bagi mereka, bukan soal janji manis yang penting, melainkan kehadiran dan komitmen nyata.
Bagi Iman Sutiawan, pembangunan jembatan dan listrik bukan sekadar proyek fisik, tapi simbol keterhubungan antara pusat dan pinggiran, antara Batam yang modern dan pulau-pulau kecil yang sering terlupakan.
“Setiap kali saya datang ke sini, saya diingatkan bahwa Batam bukan hanya kota, tapi juga rumah besar yang terdiri dari pulau-pulau dengan harapan yang sama,” tuturnya pelan.
Hari mulai senja saat perahu motor kembali berangkat meninggalkan dermaga. Di kejauhan, anak-anak berlari di tepi pantai melambaikan tangan. Cahaya matahari yang perlahan tenggelam di balik laut Bulang seolah menjadi metafora — harapan tentang “cahaya baru” yang kelak akan benar-benar menyala 24 jam bagi mereka.
Penulis : IZ

















