INIKEPRI.COM – Peringatan Hari Santri Nasional 2025 menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia untuk kembali meneguhkan jati diri dan nilai perjuangan para santri.
Dengan mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia,” peringatan tahun ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat santri bukan sekadar simbol keagamaan, melainkan garda moral yang berperan membangun peradaban bangsa.
Bagi Muhammad Kamaluddin, Ketua DPRD Kota Batam sekaligus Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Fadhlu 7 Nongsa, makna Hari Santri bukan sekadar seremoni. Ia adalah pengingat perjalanan panjang perjuangan dan pengabdian, sebuah identitas yang melekat sejak ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Fadlu pada tahun 1997 hingga 1999.
“Saya berangkat dari pesantren. Jiwa santri itu yang membentuk cara berpikir dan bersikap saya sampai hari ini. Santri diajarkan ikhlas, tangguh, dan selalu berpihak pada kebenaran,” ungkap politisi Partai NasDem ini.
Dari Santri Menjadi Pemimpin
Nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan yang ia pelajari di pesantren membentuk fondasi kepemimpinannya. Kini, sebagai Ketua DPRD Batam, Kamaluddin membawa semangat santri ke ruang kebijakan publik.
“Menjadi santri bukan hanya soal membaca kitab, tapi juga tentang bagaimana kita mengamalkan ilmu di tengah masyarakat. Di DPRD, saya melihat tugas ini sebagai bentuk pengabdian: khidmah, untuk ummat dan untuk negeri,” ujarnya.

Baginya, santri harus hadir di segala lini pembangunan: sosial, ekonomi, pendidikan, bahkan politik. Sebab, nilai-nilai pesantren, yakni: jujur, amanah, dan adil adalah modal penting dalam membangun pemerintahan yang berkeadaban.
“Santri hari ini bukan lagi yang hanya di balik tembok pesantren. Mereka harus maju, memimpin, membawa nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambah pria kelahiran Demak, Jawa Tengah ini.
Pesantren, Benteng Moral dan Sumber Peradaban
Sebagai Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Fadhlu 7 Nongsa, Kamaluddin menegaskan bahwa pesantren memiliki peran besar dalam menyiapkan generasi unggul. Tidak hanya berakhlak dan religius, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Pesantren harus menjadi pusat kemajuan. Di sanalah lahir generasi yang tidak hanya hafal ayat, tapi juga cakap teknologi, peka sosial, dan berdaya saing global,” jelasnya.
Ia melihat tema Hari Santri tahun ini “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” sebagai panggilan bagi para santri untuk melangkah lebih jauh. Dari menjaga kemerdekaan spiritual dan moral bangsa, menuju peran aktif dalam membangun peradaban global yang berkeadilan.

“Santri adalah pewaris nilai perjuangan kemerdekaan. Tapi tantangan kita hari ini berbeda: menjaga kemerdekaan dalam era digital, menjaga akhlak di tengah derasnya arus informasi. Inilah jihad zaman modern,” tutur Kamaluddin.
Harapan untuk Santri Indonesia
Dalam refleksinya, Kamaluddin yang juga menjabat sebagai sekretaris PWNU Kepri ini berharap agar generasi santri tidak kehilangan arah di tengah perubahan dunia yang begitu cepat.
“Saya ingin para santri tetap teguh pada nilai-nilai pesantren. Dunia boleh berubah, tapi kejujuran, kesederhanaan, dan rasa cinta tanah air jangan pernah pudar,” pesannya.
Ia juga mendorong agar pemerintah terus memperkuat peran pesantren dalam pembangunan nasional, baik melalui dukungan pendidikan, ekonomi umat, maupun digitalisasi lembaga pesantren.
“Pesantren adalah sumber daya besar bangsa ini. Jika diberi ruang, mereka bukan hanya penjaga moral, tapi juga pencipta peradaban,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Menjaga Amanah, Menyemai Cahaya
Di akhir pesannya, Kamaluddin menyampaikan ucapan khusus untuk seluruh santri Indonesia:
“Selamat Hari Santri Nasional 2025. Mari kita jaga semangat santri, berupa: semangat keikhlasan, pengabdian, dan perjuangan, untuk membawa Indonesia menuju peradaban dunia. Dari pesantren kita belajar arti pengabdian, dari rakyat kita belajar arti keikhlasan. Semoga santri selalu menjadi cahaya di tengah zaman,” harap dia.
Perjalanan Muhammad Kamaluddin, dari santri Al Fadlu hingga menjadi Ketua DPRD Batam, adalah bukti bahwa nilai-nilai pesantren tidak pernah lekang oleh waktu. Di tengah modernitas dan kemajuan kota industri, semangat santri tetap menjadi kompas moral yang menuntun langkahnya.
Hari Santri Nasional 2025 bukan sekadar momen nostalgia, melainkan panggilan untuk menata masa depan bangsa berlandaskan nilai-nilai pesantren.
Dan selama masih ada santri yang berjuang dengan hati, mengabdi dengan ilmu, dan memimpin dengan akhlak, Indonesia akan selalu berada di jalan menuju peradaban dunia.
Penulis : IZ

















