INIKEPRI.COM – Pikiran yang terlalu aktif sering kali menjadi musuh dalam diam. Kita memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, menyesali masa lalu yang tak bisa diubah, hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran overthinking dan bayang-bayang trauma lama.
Menurut penjelasan psikolog Naomi Ernawati Lestari, M.Psi., dalam video Halodoc berjudul “Cara Mengatasi Overthinking dan Trauma”, kedua kondisi ini sebenarnya bisa diatasi. Namun, kuncinya ada pada kesadaran diri dan langkah kecil yang dilakukan secara konsisten.
“Memikirkan skenario terburuk adalah hal yang normal. Tapi kalau berlebihan, itu bisa menjadi masalah serius bagi kesehatan mental,” ujar Naomi.
1. Memahami Akar Overthinking
Overthinking adalah bentuk mekanisme pertahanan diri. Otak berusaha mempersiapkan kemungkinan terburuk agar seseorang tidak terluka. Namun, bila berlangsung terus-menerus, justru menimbulkan kecemasan berlebih.
Naomi menyarankan beberapa cara sederhana untuk mengelola kecemasan, seperti meditasi, latihan relaksasi, hingga konseling psikologis. Dengan melatih kesadaran pikiran, tubuh bisa belajar menenangkan diri di tengah kekacauan mental.
2. Jangan Ragu Mencari Bantuan Profesional
Ketika overthinking mulai mengganggu pekerjaan, hubungan sosial, atau tidur malam, itulah tanda bahwa kamu butuh bantuan profesional.
Berkonsultasi dengan psikolog atau terapis membantu menemukan akar masalah sekaligus strategi penyembuhannya. Dukungan tenaga ahli juga memberikan perspektif baru agar pikiran tidak terus berputar pada hal negatif.
3. Belajar Melepaskan Kenangan Menyakitkan
Mengatasi trauma bukan berarti melupakan, melainkan menerima dan memproses emosi yang tertinggal.
Dengan mengenali rasa sakit dan memahami pemicunya, seseorang perlahan belajar berdamai—baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang yang pernah melukai.
Penerimaan ini adalah langkah pertama menuju pemulihan sejati.
4. Bangun Ulang Kepercayaan Diri dan Orang Lain
Trauma sering meninggalkan luka yang membuat seseorang sulit percaya lagi. Karenanya, perlu waktu untuk membangun kembali kepercayaan, dimulai dari diri sendiri.
Berani membuka diri, menjalin hubungan baru, dan menghargai proses adalah bagian penting dari perjalanan menuju mental yang lebih kuat dan sehat.
5. Disiplin dalam Kebiasaan Positif
Pemulihan tidak datang dalam semalam. Naomi menekankan pentingnya kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari, seperti menulis jurnal, menjaga pola tidur, dan berlatih mindfulness.
“Perubahan kecil yang dilakukan setiap hari akan jauh lebih efektif dibanding menunggu perubahan besar datang dengan sendirinya,” ujarnya.
Konsistensi dalam kebiasaan positif membantu pikiran tetap seimbang dan tubuh lebih rileks. Pada akhirnya, kebebasan dari overthinking bukan soal melupakan masa lalu, melainkan belajar hidup damai bersamanya.
Penulis : RBP
Editor : IZ

















