INIKEPRI.COM – Gangguan tidur atau insomnia kini menjadi salah satu masalah kesehatan paling umum yang dialami masyarakat modern. Meski sering dianggap sepele, insomnia dapat berdampak besar terhadap produktivitas, konsentrasi, hingga kesehatan mental seseorang.
Gejala klasik insomnia biasanya ditandai dengan sulit memulai tidur, sering terbangun di malam hari, atau merasa tidak segar setelah bangun tidur, meskipun sudah beristirahat cukup lama. Jika berlangsung dalam waktu lama, kondisi ini bisa berujung pada kelelahan kronis dan gangguan suasana hati.
Pakar kesehatan menjelaskan bahwa penyebab insomnia bersifat multifaktor — bisa berasal dari aspek psikologis, fisik, maupun gaya hidup. Stres dan kecemasan menjadi pemicu paling umum, diikuti depresi, perubahan rutinitas tidur, serta kebiasaan hidup tidak sehat seperti mengonsumsi kafein atau alkohol menjelang malam.
Selain itu, faktor lingkungan seperti suara bising, pencahayaan berlebih, suhu kamar yang tidak nyaman, dan penggunaan gadget sebelum tidur juga berkontribusi besar. Paparan cahaya biru dari layar ponsel atau komputer, misalnya, dapat menghambat produksi melatonin — hormon yang berperan penting dalam mengatur siklus tidur.
“Depresi sering menjadi akar dari gangguan tidur yang kronis. Saat seseorang mengalami tekanan psikologis berkepanjangan, ritme tidur alami tubuh ikut terganggu,” tulis laman Halodoc, dikutip Kamis (9/10).
Insomnia juga lebih sering dialami oleh lansia, karena perubahan biologis dan berkurangnya aktivitas fisik. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antihipertensi, atau kortikosteroid juga bisa menimbulkan efek samping berupa kesulitan tidur.
Untuk mengatasi insomnia, para ahli menyarankan agar menjaga rutinitas tidur yang konsisten — tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari. Menciptakan suasana kamar yang tenang, gelap, dan sejuk juga dapat membantu tubuh lebih rileks.
Disarankan pula menghindari konsumsi kafein, alkohol, dan nikotin menjelang malam, serta membatasi penggunaan perangkat elektronik minimal 1 jam sebelum tidur. Aktivitas seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam terbukti membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kualitas tidur.
Apabila insomnia berlangsung lebih dari dua minggu, konsultasi dengan dokter atau psikolog menjadi langkah terbaik. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin memerlukan terapi perilaku kognitif (CBT) atau obat tidur khusus dengan pengawasan medis.
Tidur berkualitas bukan sekadar kebutuhan, tapi juga fondasi penting bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan memahami penyebab dan cara pencegahannya, insomnia bisa diatasi lebih dini sebelum menimbulkan dampak yang lebih serius.
Penulis : RP
Editor : IZ