Beginilah Cara Kerja Ventilator. Menyakitkan Bagi Penderita Covid-19!

- Admin

Minggu, 24 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Batam, inikepri.com – Seorang perawat yang bekerja dengan ventilator, Echy Purba membagikan pengalamannya merawat pasien Covid-19.

“Jadi ini dia … buat orang-orang yg tidak mengerti bagaimana rasanya menggunakan ventilator, tapi ingin mencari kesempatan untuk tidak ‘tinggal di rumah’, tidak social-distancing dan keluar tanpa masker,” tulis dia dalam Facebooknya beberapa waktu lalu.

Sebagai awalnya, ini bukan masker oksigen yg diletakkan di mulut sementara pasien bisa nyaman berbaring dan membaca majalah. Ventilasi untuk Covid-19 adalah sebuah intubasi menyakitkan yg turun ke tenggorokan anda dan akan tetap di sana sampai anda hidup atau mati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal ini dilakukan ke pasien dengan anestesi selama dua hingga tiga minggu tanpa bergerak, sering dalam keadaan terbalik, dengan selang tube dimasukkan dari mulut ke trakea dan memungkinkan anda bernapas dengan irama mesin paru-paru. Pasien tak dapat berbicara atau makan, atau melakukan sesuatu secara alami – mesinnya membuat anda tetap hidup.

Baca Juga :  Desk Pilkada Terbentuk, Pemko Batam Siap Laporkan Setiap Hari

Ketidaknyamanan dan rasa sakit yang dirasakan pasien darinya berarti para ahli medis harus memberikan obat penenang dan penghilang rasa sakit untuk memastikan toleransi terhadap selang tube selama mesin diperlukan. Ini seperti berada dalam koma buatan.

Setelah 20 hari dari perawatan ini, seorang pasien muda akan kehilangan 40% massa otot, dan mendapat trauma mulut atau trauma pita suara, serta kemungkinan komplikasi paru-paru atau jantung.

Karena alasan inilah orang lanjut usia atau orang yang sudah lemah tak dapat bertahan dari perawatan dan mati. Banyak dari kita berada di kapal pandemi yang sama … jadi tetaplah dalam keadaan aman kecuali jika anda ingin mengambil risiko berakhir di sini. Ini BUKAN flu.

Baca Juga :  Varian Mu Sudah Masuk Malaysia, Cegah Jangan Sampai Masuk RI

“Tambahkan juga selang tube ke dalam perut anda, baik melalui hidung atau kulit untuk memasukkan makanan cair. Tambahkan kantong yg lengket di sekitar pantat anda untuk mengumpulkan diare. Tambahkan kateter foley untuk mengumpulkan urine. Tambahkan infus untuk cairan dan obat-obatan. Tambahkan A-line untuk memantau tekanan darah anda yang benar-benar tergantung pada dosis pengobatan yang harus dihitung dengan baik.

Tambahkan tim perawat, CRNA dan MA untuk memposisikan anggota tubuh anda setiap dua jam dan berbaring di tikar yang mengalirkan cairan dingin untuk membantu menurunkan suhu 40 derajat Celsius Anda,” itulah kalimat yang sering dilontarkan perawat.

“Adakah dari Anda yang mau mencoba semua itu? Tetaplah di rumah dan pakailah masker saat anda pergi! Tetaplah aman dan tetaplah sehat!,” tulis Echy.

Echy menambahkan, apa yang artikel ini tidak katakan adalah bahwa pasien dapat mendengar semua yang dikatakan, jadi jika staf medis dengan ceroboh berbicara tentang kematian, pasien bisa panik.

Baca Juga :  Vaksin Booster Kedua Jadi Syarat Perjalanan?

Jika obat penenang berkurang, pasien panik karena dia tidak bisa bernapas atau berbicara atau, dalam kasusnya, bergerak.

Ketika mereka mulai menurunkan obat penghilang rasa sakit, pasien berteriak di kepalanya tetapi tidak bisa mengeluarkan suara.

Ketika mereka mengeluarkan selang tube, itu sangatlah tidak nyaman.

Ketika trakea nantinya dapat menggantikan respirator, pasien masih tidak akan dapat berbicara atau makan tanpa selang tube.

Ketika Anda memilih untuk berkerumun, membuka masker, atau pergi ke toko-toko yang baru dibuka untuk beli sesuatu yang tidak terlalu penting, tanyakanlah pada diri sendiri, apakah layak resikonya anak anda akan menderita seumur hidup, bahkan mungkin meninggal, sendirian, demikian tulis perawat.

Berita Terkait

Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi
Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox
Ini Dampak Pemberian Susu Formula pada Bayi
Akademisi Ungkap Kondisi Gizi Masyarakat Indonesia Pascakemerdekaan
Aturan Baru Pengendalian Zat Adiktif: Rokok Eceran dan Iklan Dibatasi
BPOM Klarifikasi Isu Dokumen Rahasia Vaksin Polio: Tidak Benar!
Vaksin Polio Aman, Tidak Memicu Kanker dan HIV
Tag :

Berita Terkait

Senin, 16 September 2024 - 11:52 WIB

Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi

Kamis, 29 Agustus 2024 - 07:53 WIB

Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri

Rabu, 28 Agustus 2024 - 09:00 WIB

Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox

Senin, 19 Agustus 2024 - 07:48 WIB

Ini Dampak Pemberian Susu Formula pada Bayi

Kamis, 15 Agustus 2024 - 10:04 WIB

Akademisi Ungkap Kondisi Gizi Masyarakat Indonesia Pascakemerdekaan

Minggu, 4 Agustus 2024 - 08:52 WIB

Aturan Baru Pengendalian Zat Adiktif: Rokok Eceran dan Iklan Dibatasi

Sabtu, 3 Agustus 2024 - 10:04 WIB

BPOM Klarifikasi Isu Dokumen Rahasia Vaksin Polio: Tidak Benar!

Minggu, 28 Juli 2024 - 08:11 WIB

Vaksin Polio Aman, Tidak Memicu Kanker dan HIV

Berita Terbaru

Rajapola