INIKEPRI.COM – Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menegaskan bahwa tantangan besar pembangunan Batam hari ini bukan lagi soal infrastruktur atau investasi, melainkan soal kualitas sumber daya manusia (SDM).
Ia menyoroti tingginya angka pengangguran yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama, meski dalam empat tahun terakhir tren penurunannya cukup signifikan.
“Batam ini ibarat magnet. Banyak yang datang dari berbagai daerah dengan harapan bisa bekerja di sini. Tapi tidak semua siap dari sisi keterampilan. Di sinilah tantangan kita bersama,” kata Amsakar dalam pertemuan bersama awak media di Batam Center, Selasa (7/10/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Kepulauan Riau mencapai 6,89 persen, tertinggi kedua secara nasional. Di Batam sendiri, TPT 2024 berada di angka 7,68 persen. Artinya, dari setiap 100 angkatan kerja, sekitar 7 hingga 8 orang masih belum memiliki pekerjaan.
Meski begitu, data menunjukkan tren positif. Jumlah pengangguran di Batam turun dari 87.903 orang pada 2020 menjadi 50.431 orang di 2024. Namun, Amsakar menilai tantangan justru semakin kompleks karena sebagian besar penganggur merupakan lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang belum memiliki keterampilan teknis sesuai kebutuhan industri.
“Kalau dilihat dari datanya, lulusan SMA mendominasi pengangguran kita. Ini bukan soal kemauan, tapi soal kesiapan. Karena itu, arah kebijakan pendidikan kita harus berubah — dari sekadar mengejar ijazah ke arah menyiapkan keterampilan yang relevan,” ujarnya menegaskan.
Dorong Link and Match Dunia Pendidikan dan Industri
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kota Batam kini tengah memperkuat pendidikan vokasi dan membangun sinergi antara sekolah kejuruan (SMK) dengan dunia industri.
Langkah ini sejalan dengan upaya menciptakan sistem link and match agar lulusan sekolah kejuruan bisa langsung terserap di dunia kerja.
“Kami ingin lulusan SMK tidak lagi bingung mencari pekerjaan. Begitu mereka selesai sekolah, sudah ada industri yang menunggu. Kalau sistem link and match ini berjalan baik, investasi yang masuk ke Batam bisa langsung tersambung dengan tenaga kerja lokal yang siap pakai,” jelas Amsakar.
Ia menegaskan, pembangunan Batam tidak boleh hanya diukur dari besar kecilnya investasi, tetapi juga dari seberapa besar dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Yang penting bukan hanya angka investasi besar, tapi bagaimana warga Batam bisa bekerja layak, punya penghasilan, dan menikmati pertumbuhan ekonomi yang kita ciptakan,” tambahnya.
Seimbangkan Investasi Padat Modal dan Padat Karya
Amsakar juga menjelaskan karakteristik investasi di Batam yang terbagi dalam dua kategori besar: padat modal dan padat karya.
Investasi padat modal, seperti pembangunan data center, memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi minim penyerapan tenaga kerja. Sementara itu, investasi padat karya mampu membuka banyak lapangan kerja dengan nilai investasi yang lebih kecil.
“Kita berusaha menyeimbangkan keduanya. Sektor padat modal penting untuk meningkatkan daya saing Batam sebagai kota industri modern, tapi sektor padat karya juga harus terus didorong agar masyarakat mendapatkan kesempatan kerja yang lebih luas,” terang Amsakar.
Batam Tetap Tumbuh Stabil dan Kompetitif
Aksesibilitas Batam yang tinggi juga menjadi daya tarik bagi para pencari kerja. Dengan Bandara Hang Nadim yang melayani penerbangan ke berbagai kota besar di Indonesia serta konektivitas laut melalui kapal Pelni, feri cepat Batam–Dumai, dan kapal RORO ke Sumatera dan Kalimantan, Batam terus menjadi tujuan favorit bagi tenaga kerja dari berbagai daerah.
Kendati tantangan ketenagakerjaan masih ada, Amsakar tetap optimistis arah pembangunan Batam berada di jalur yang benar.
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Batam tahun 2024 mencapai 6,69 persen, lebih tinggi dari rata-rata provinsi (5,02 persen) maupun nasional (5,03 persen).
“Ekonomi Batam tumbuh stabil ke arah yang benar. Dengan kerja sama semua pihak — pemerintah, industri, dunia pendidikan, dan masyarakat — kita bisa menekan angka pengangguran sekaligus memastikan pertumbuhan ekonomi ini benar-benar inklusif,” tutupnya.
Penulis : RP
Editor : IZ