Papua, inikepri.com – Siapa sangka jika bahan pangan seperti beras di Korowai, Distrik Kawinggon, Pegunungan Bintang, Papua dibandrol dengan harga sangat mahal. Tak tanggung-tanggung, 10 kg beras di Papua dijual dengan harga Rp2 juta. Nominal tersebut setara dengan emas empat gram.
“Beras 10 kg itu emas empat gram, kalau dibeli dengan uang. Satu karung itu harganya Rp2 juta,” tutur Hengki Yaluwo, pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining di Korowai, seperti yang dilansir Antara Kamis 2 Juli 2020.
Menurut Hengki, harga tersebut terbilang normal untuk lokasi penambangan yang ada di wilayah Korowai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak hanya harga beras, harga kebutuhan pokok lain seperti mi instan, ikan kaleng, daging ayam, serta rokok di wilayah Papua ini juga tidaklah biasa.
Bayangkan saja, satu bungkus rokok merk Gudang Garam Surya dijual dengan harga Rp100 ribu. Sementara merek rokok Sampoerna dan Lampion masing-masing dijual seharga Rp50 ribu.
Harga ikan kaleng sendiri dipatok senilai Rp150 ribu. Sedangkan satu bungkus mi instan dibandrol dengan harga Rp25 ribu. Artinya, satu karton mi instan dapat mencapai Rp1 juta, setara dengan harga emas dua gram.
Hengki juga menambahkan bahwa harga telepon selular jugalah sangat tinggi. Jika ditukar dengan emas, maka harga telepon selular dapat mencapai 10 hingga 25 gram emas. Jumlah ini masih tergantung merek.
Harga yang sangat fantastis ini dapat terjadi lantaran wilayah Korowai yang masih tertinggal dan belum diperhatikan oleh pemerintah. Pembangunan belum menyentuh wilayah ini, sehingga akses logistik dan pangan menjadi sulit. Hal inilah yang membuat harga kebutuhan pokok menjulang sedemikian rupa.
Korowai sendiri diapit oleh Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel, Pegunungan Bintang, Yahukimo, dan Kabupaten Asmat. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai penambang emas.
Meski mengaku kecewa, warga Korowai sendiri merasa bersyukur karena kekayaan alam di Papua yang mampu membuat mereka bertahan hidup dan mencari nafkah.
“Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai. Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami,” tutur Ben Yarik, salah satu warga Dusun Kali Dairam, Korowai.
Hops