Batam, inikepri.com – Riset terberu mengatakan jika virus corona berpotensi memicu delerium atau gangguan mental.
Memasuki bulan keenam masa pandemi corona, ilmuwan masih berusaha memahami bagaimana cara kerja virus mematikan ini, salah satunya gangguan mental.
Awalnya diduga bahwa corona hanya menyerang paru-paru dan saluran pernapasan, namun belakangan muncul bukti-bukti bahwa corona juga menyerang otak dan mengakibatkan timbulnya gejala mengerikan, yaitu delirium atau gangguan mental.
Delirium merupakan gangguan mental yang ditandai oleh ilusi dan halusinasi. Beberapa ilmuwan telah sepakat bahwa delirium dapat diakibatkan oleh luka parah pada otak yang diakibatkan oleh virus corona.
Ada enam gejala delirium, di antaranya ketidakstabilan mental, koma, strok, hingga lumpuh. Masalahnya, tim medis masih belum tahu bagaimana cara menangani hal ini.
Dilansir dari Eat This, Not That!, salah satu peneliti dari Wuhan menyatakan bahwa 36 persen pasien corona alami gejala neurologis, termasuk sakit kepala, perubahan kesadaran, strok, dan berkurangnya koordinasi otot.
Penelitian lain yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine menyebut bahwa 84 persen pasien corona dengan sindrom masalah pernapasan akut mengalami gejala yang mirip, yaitu respons yang buruk terhadap perintah hingga kehilangan fokus.
Studi lain dari JAMA membuktikan bahwa virus corona menyerang otak. Hal ini diketahui dari hasil MRI pasien korona dengan gejala kehilangan indera penciuman yang dinyatakan abnormal.
Kendati demikian, dugaan kerusakan otak pada pasien corona hanya ditemukan dalam kasus yang parah. Mengingat mayoritas sampel dari berbagai penelitian tersebut adalah pasien yang menggunakan ventilator.
Meski relasi antara virus corona dan kerusakan otak telah ditemukan, namun ilmuwan dan tenaga medis masih belum mengetahui bagaimana proses tersebut dapat terjadi. Dengan demikian, metode penanganan dari masalah ini pun belum diketahui secara jelas.
“Sampai kita dapat menjawab pertanyaan yang fundamental, maka terlalu dini untuk berspekulasi tentang penanganan,” ujar Sherry Chou, MD, profesor dari neurology and neurosurgery University of Pittsburgh School of Medicine.
Sherry juga mengungkapkan, “Saat ini, sebenarnya kami tak cukup tahu bagaimana Covid-19 mempengaruhi otak dan sistem saraf.”
Sherry Chou sendiri merupakan pimpinan dari kelompok studi internasional yang meneliti efek neurologis dari virus korona.