Malang, inikepri.com – Puluhan warga Kota Malang meninggal dunia karena COVID-19. Proses pemulasaran jenazah dilakukan oleh relawan, sejak berangkat dari rumah sakit hingga pemakaman. Di balik semua itu, ada Kompol Sutiono, relawan pemulasaran jenazah dari unsur kepolisian.
“Sampai hari ini, saya sudah memakamkan 70 warga yang semuanya adalah warga Kota Malang yang meninggal karena COVID-19,” kata Sutiono, Kamis (9/7).
Kasatintelkam Polresta Malang Kota ini mengaku awalnya ada perasaan takut saat memutuskan menjadi relawan pemulasaran jenazah pasien COVID-19. Namun perasaan iba memanggil Sutiono untuk melibatkan diri, sekaligus menghilangkan rasa takut yang ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Rasa takut awalnya ada, tetapi saya sering komunikasi dengan dokter, bagaimana supaya tidak tertular. Yang penting harus safety. Untuk urusan muka harus betul-betul rapat. Setelah memakamkan tangan harus dimasukkan ke cairan alkohol 70 persen. Hampir setiap hari seperti itu,” beber polisi berusia 49 tahun ini.
Awalnya Sutiono seorang diri yang menjadi relawan pemulasaran jenazah pasien COVID-19 dari unsur kepolisian. Sebelum itu, Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata meginginkan ada keterlibatan nyata kepolisian dalam membantu penanganan COVID-19, khususnya proses pemulasaran jenazah.
Tim pemulasaran akhirnya dibentuk beranggotakan personel dari Polresta Malang Kota. Semua dilakukan demi memberikan sumbangsih kepada masyarakat di tengah pandemi Corona. Berjalannya waktu, relawan dari unsur kepolisian bertambah menjadi 6 orang termasuk Sutiono di dalamnya.
Dalam menjalankan tugas, Sutiono bekerja sama dengan relawan pemulasaran jenazah dari Public Safety Center (PSC) 119 Kota Malang. Kini, hampir setiap hari mereka memakamkan warga yang meninggal karena COVID-19, entah awalnya berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) tetapi kemudian hasil swab menyatakan mereka terkonfirmasi COVID-19.
“Dulu awalnya satu, sekarang sehari bisa lebih dari dua kali pemakaman. Pernah dalam sehari sampai lima kali. Mayoritas terkonfirmasi COVID-19, meskipun mulanya berstatus PDP saat meninggal,” terang Sutiono.
Rasa lelah tentu dirasakan para relawan, termasuk Sutiono. Karena rata-rata pemakaman dilakukan malam hari bahkan dini hari. Belum lagi medan berat di lokasi pemakaman, relawan harus berjibaku membawa jenazah sampai liang lahat.
Sementara anjuran dokter, jenazah harus segera dimakamkan demi menjaga penyebaran virus Corona. Di sisi lain, relawan wajib menjaga imunitas tubuh agar tidak sampai tertular. Tidur dengan waktu yang cukup tentu sangat tidak memungkinkan.
“Tidak mungkin kita balik (kantor), karena waktu. Kalau lelah ya tidur saja di situ. Apakah itu di atas lantai kamar jenazah atau di kuburan. Sudah sering kita, untuk menjaga daya tahan tubuh. Paling bisa tidur sejam, kemudian ditelpon lagi, harus segera memakamkan, karena ada yang meninggal lagi,” cerita Sutiono.
Sutiono menambahkan, tidak semua pasien yang dimakamkan meninggal di Kota Malang. Ada juga dari daerah luar, namun memiliki KTP Kota Malang. Jenazah kemudian dijemput relawan untuk dibawa ke Kota Malang di makamkan.
“Dari 70 yang meninggal dan dimakamkan itu, ada juga dari luar daerah dan kami membawa jenazahnya ke Kota Malang. Seperti pernah ada meninggal di Lumajang dan Kota Surabaya,” terang Sutiono.
Deteksi dini rutin dilakukan Sutiono bersama seluruh relawan dengan menjalani rapid test bahkan swab, untuk mengetahui apakah tertular virus Corona. Bahkan, demi menjaga kesehatan keluarganya, Sutiono nyaris hanya sekali pulang selama pandemi.
“Kami rutin rapid test, swab juga. Saya jarang pulang sejak pandemi. Untuk melepas kangen dengan keluarga, kita komunikasi via zoom atau video call,” kata Sutiono.
Menurut Sutiono, penggalian liang lahat dilakukan oleh petugas dari Dinas Pertamanan. Sementara dirinya bersama relawan dari PSC 119 Kota Malang bertugas menyiapkan jenazah sejak dinyatakan meninggal di rumah sakit hingga proses pemakaman.
Tak jarang, kata Sutiono, relawan harus berhadapan dengan keluarga pasien yang meninggal. Perdebatan kadang kali terjadi saat mereka meminta seluruh proses pemakaman ditangani sendiri. Saat itulah, peran relawan dari unsur kepolisian menjadi sangat penting. Sutiono harus menjelaskan bagaimana standar pemakaman pasien yang meninggal karena COVID-19.
Bahaya penularan virus Corona disampaikan untuk menyakinkan para keluarga. Agar dapat menyakinkan, kadang keluarga dilibatkan untuk melihat langsung mulai dari menyiapkan jenazah sampai dengan pemakaman.
“Sering keluarga minta jenazah untuk dipulangkan terlebih dahulu. Di situ kami menjelaskan, bahwa virus ini menular. Perlu ada standar pemakaman sesuai protokol COVID-19. Kita kadang berikan toleransi, boleh mampir rumah duka, tetapi jangan dibuka. Kalau tidak mau di peti, kami sudah siapkan kantong jenazah,” papar Sutiono.
Detik