Jakarta, inikepri.com – Publik tentu dibuat keheranan dengan sikap Prabowo Subianto ke Joko Widodo belakangan. Bagaimana tidak, sikapnya berubah drastis, dari harimau menjadi kucing anggora. Jika dahulu garang menyerang, kini justru lembut penyayang.
Ya, mantan pentolan oposisi itu bahkan tak sungkan-sungkan memuji orang nomor satu di Indonesia itu.
Lantas, ada apa di balik mesranya Prabowo dan Jokowi? Pakar intelijen Indonesia, Stanislaus Riyanta, sendiri mengaku jadi salah satu orang yang keheranan dengan sikap Prabowo ke Jokowi.
Sebab sebelumnya, banyak orang yang menganggap Prabowo akan jadi ‘musuh’ utama Jokowi di dalam kabinet Indonesia Maju.
“Saya yang paling kaget dengan sikap Prabowo, justru saya melihat kini dia menjadi salah satu menteri yang sangat taat dan paling loyal kepada Pak Jokowi.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bedanya sipil dengan militer, ketika memegang jabatan, apapun yang terjadi dia sangat loyal kepada pemimpinnya. Dan saya sangat salut dengan Pak Prabowo,” kata dia dalam diskusi di saluran Youtube Tagar TV, Kamis, 25 Juni 2020.
Bukan sekadar manut, Prabowo bahkan sampai memberi kesaksian soal Jokowi, kalau benar dia Presiden yang bekerja untuk rakyat.
“Ini sangat mengagetkan. Doktrin militer di tubuhnya berjalan, selain itu dia memang dikenal memiliki loyalitas yang tinggi, dan nasionalitasnya sangat tinggi kepada negara. Sampai dia berani memberi kesaksian.”
Tekanan Jokowi makin besar
Sementara itu, Riyanta juga membaca kalau tekanan terhadap Jokowi saat ini kian besar. Indikasinya, tekanan bukan cuma datang dari pihak oposisi, melainkan juga dari pihak-pihak yang satu gerbong dengannya.
Padahal jika didasarkan pada logika, seharusnya dengan gabungnya Prabowo Subianto di barisan Jokowi, tekanan akan surut. Tetapi fakta di lapangan tidak berkata demikian. Apalagi Jokowi sudah tidak memiliki beban politik lagi.
“Karena pada periode pertama kepemimpinan, tekanan hanya datang dari pihak oposisi saja. Sementara periode kedua, tekanannya tidak hanya datang dari oposisi, tetapi juga kubunya Pak Jokowi sendiri.”
“Mungkin dari orang-orang yang merasa saya berjasa, kok saya belum dapat apa-apa. Itu bisa menjadi beban bagi Pak Jokowi. Jadi tekanan ini yang bertambah dan menyulitkan beban kerja Pak Jokowi ke depan,” katanya lagi.
Tekanan itu semisal seperti penunjukkan Komisaris-Komisaris BUMN. Tekanan politik itu datang bermacam-macam, ada yang cuma berbicara ke media, ada yang menggelar demonstrasi, atau mengkritik keras, dan sebagainya.
Maka itu, dia berharap setelah pandemi berakhir, Jokowi harus mengambil sikap tegas.
Jokowi siapkan Prabowo jadi presiden
Sementara itu Riyanta juga menduga kalau Jokowi telah menyiapkan kader-kadernya saat ini dalam kontestasi 2024. Bahkan mungkin Prabowo bisa jadi suksesinya Jokowi di 2024.
“Makanya (kemudian Jokowi memilih) lebih baik ajak dan bawa dia masuk kabinet sekalian. Agar programnya (Jokowi) dapat berjalan ke depan dengan baik. Jadi ketika jadi presiden, dia (Prabowo) tinggal meneruskan,” katanya.
Hal ini tentu berbeda ketika Prabowo tetap menjadi oposisi. “Ini pengalaman di DKI. ketika Anies menjadi Gubernur, program-program Ahok hampir semua diganti. Karena dia (Anies) ingin menunjukkan legitimasinya.”
Nah strategi membawa Prabowo ke kabinet inilah yang kemudian dianggapnya bagian dari upaya Jokowi di 2024.
Sehingga ada kesinambungan yang baik, dan berpikir jangka panjang, bukan sekadar ego sektoral ketika dia menjabat bagus atau tidak. Tetapi pemikirannya ke depan.
“Jadi saya pikir ini strategi yang tengah dijalankan oleh Jokowi, dan tidak banyak disadari orang banyak,” katanya lagi.