Riyadh, inikepri.com – Rangkaian pemotretan kontroversial yang melibatkan supermodel internasional berpakaian minim telah berlangsung di sebuah situs bersejarah di Madinah, Arab Saudi. Laporan media Timur Tengah menyebut pemotretan kontroversial tersebut atas izin orotitas pemerintah.
Middle East Monitor dalam laporannya 9 Juli menyebutkan Arab Saudi, yang dikendalikan oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS), memberikan izin kepada majalah Vogue Arabia untuk melakukan pemotretan supermodel internasional berpakaian minim di situs Al-Ula, Provinsi Madinah.
Vogue Arabia, cabang Arab dari majalah mode terkenal yang berbasis di Amerika Serikat, merilis kampanye pemotretan 24 jam untuk label yang berbasis di New York pada hari Rabu, yang menampilkan model-model internasional seperti Kate Moss, Mariacarla Boscono, Candice Swanepoel, Jourdan Dunn, Amber Valletta, Xiao Wen dan Alek Wek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pemotretan bertajuk “24 hours in AlUla (24 jam di AlUla)”, para model terlihat mengenakan gaun ketat dengan celah paha ketika mereka berpose dan berjalan di sekitar situs Warisan Dunia UNESCO, yang dikenal sebagai museum udara terbuka terbesar di dunia yang terdiri dari struktur batu berukir yang mirip dengan Petra di Yordania.
Desainer Lebanon, Eli Mizrahi, yang mengorganisasi dan mengarahkan pemotretan, mengatakan; “Saya meyakinkan talent bahwa mereka akan melihat kembali saat ini—24 jam di AlUla—sebagai sesuatu yang istimewa. Kate Moss tidak hanya datang, tetapi dia adalah yang pertama di set pada pukul 05.00 pagi dan yang terakhir pergi.”
Sifat dari pemotretan dan pakaian yang dikenakan di dalamnya digolongkan tidak sopan oleh banyak Muslim. Terlepas dari kenyataan bahwa jarak situs itu sekitar 300 kilometer dari kota suci Madinah, itu berada di provinsi yang sama yang banyak orang lihat sebagai hal tidak pantas untuk diizinkan oleh otoritas Saudi menjadi lokasi pemotretan para supermodel berpakaian minim.
Pemotretan yang kontroversial adalah bagian dari serangkaian reformasi yang telah diterapkan kerajaan dalam beberapa tahun terakhir untuk membuka perekonomiannya bagi pariwisata internasional dan modernisasi. Reformasi semacam itu, yang meliputi penurunan otoritas polisi agama, pencabutan pembatasan dalam pencampuran gender, dan pencabutan aturan mengenakan abaya atau gaun longgar bagi perempuan, juga merupakan bagian dari Visi Arab Saudi 2030.
Meski laporan media menyebut pemotretan itu atas izin pemerintah, namun pihak Kerajaan Arab Saudi belum berkomentar.
Sindonews.com