INIKEPRI.COM – Boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel di Indonesia berakibat pada munculnya disinformasi yang berupaya menepis keterkaitan produk mereka dengan negara zionis Israel yang saat ini sedang melakukan genosida di Gaza, Palestina.
Disinformasi untuk memunculkan kebingungan di tengah konsumen Muslim ini juga dikampanyekan melalui media chatting WhatsApp. Sasarannya, dari ibu rumah tangga, kelompok profesi, hingga ibu-ibu pengajian.
Upaya pembelaan diri dengan taktik disinformasi seperti ini secara sinis disebut dengan istilah “Palestina Washing”. Kampanye berbaik-baik dengan Palestina ini, lazimnya menyebut bagaimana sejumlah perusahaan multinasional telah ikut menyumbangkan donasi kemanusiaan untuk membantu warga Gaza, atau menyebut produk mereka diproduksi di Indonesia, walaupun sebetulnya markas pusatnya ada luar negeri.
BACA JUGA:
Konflik Palestina-Israel, Indonesia Sampaikan Keprihatinan
“Konsumen Muslim seharusnya menggunakan produk-produk alternatif sebagai pengganti,” kata Direktur Eksekutif YKMI, Ahmad Himawan dalam keterangan tertulis yang diterima pada Minggu (31/3/2024).
Ahmad pun mengingatkan masyarakat mengenai maraknya ‘Palestina Washing’ ini. “YKMI telah mengidentifikasi sepuluh produk pro genosida dengan sejumlah kriteria. Salah satu yang menjadi acuan adalah data dari situs Boycott.Thewitness dan Bdnaash,” katanya.
Selain situs Boycott.Thewitness dan Bdnaash yang paling popular di Indonesia, situs gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) sejak lama juga aktif membagikan link yang mendorong ajakan boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel.
Bahkan pada 2009, BDS melalui situs bdsmovement.net ikut mendorong kampanye boikot yang dicetuskan Asosiasi Konsumen Turki dengan menyebarkan link untuk memboikot produk-produk terafiliasi Israel.
Boikot produk terafiliasi Israel harus diakui memang telah berdampak. Tak kurang, kanal berita Al Jazeera mengungkapkan bagaimana boikot telah berdampak pada produk-produk terafiliasi Israel di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Media internasional ini melaporkan kencangnya gerakan boikot konsumen Muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza.
“Ini bukanlah boikot langsung, melainkan perasaan tidak senang yang mendalam terhadap Israel,” kata Putra Kelana tentang alasannya memboikot produk makanan siap saji global, McDonald’s (20/3).
Kelana bersama keluarga dan teman-temannya telah melakukan boikot terhadap McDonald’s sejak Oktober 2023, ketika McDonald’s Israel menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada militer Israel di tengah pengeboman masif di Gaza.
Kelana, yang bergabung dalam grup WhatsApp di mana anggotanya secara berkala memposting daftar produk yang harus dihindari, juga telah berhenti minum air minum Danone, terutama setelah maraknya pemberitaan bahwa produsen Prancis, Danone, berinvestasi di beberapa perusahaan dan startup Israel.
Di Indonesia, bulan suci Ramadhan telah menjadi momentum kembali menggerakkan kesadaran konsumen Muslim untuk boikot produk-produk terafiliasi Israel.
Bahkan menjelang bulan Ramadhan 2024, pasca keluarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 83/2023, gerakan boikot konsumen Muslim makin diperkuat dengan dukungan MUI melalui deklarasi berupa instruksi atau “Irsyadat Majelis Ulama Indonesia”.
Salah satu dari lima poin instruksi MUI itu secara tegas menyerukan umat Islam agar mulai bulan Ramadan ini untuk tidak menggunakan lagi produk yang diproduksi oleh perusahaan yang terafiliasi dengan penjajah Israel dan pendukungnya, seperti produk kebutuhan konsumsi sahur, berbuka puasa, dan barang hantaran Lebaran (hampers) maupun produk-produk lainnya. (RBP)