Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Anggrek Kuku Macan Terindah di Indonesia

- Admin

Senin, 19 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anggrek spesies baru yang ditemukan oleh peneliti BRIN, dikenal oleh masyarakat dengan nama anggrek kuku macan. Foto: Humas BRIN

Anggrek spesies baru yang ditemukan oleh peneliti BRIN, dikenal oleh masyarakat dengan nama anggrek kuku macan. Foto: Humas BRIN

INIKEPRI.COM – Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuannya yakni tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi. Anggrek spesies baru itu dikenal oleh masyarakat dengan nama anggrek kuku macan.

Anggrek genus Aerides dikenal oleh para hobiis dengan nama lokal anggrek kuku macan. Nama yang terinspirasi dari bagian dagu bunga genus ini yang berbentuk konus meliuk dan berujung runcing layaknya kuku macan.

Peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destario Metusala berhasil mengidentifikasi spesies baru anggrek kuku macan dari utara pulau Sulawesi. Setelah melalui rangkaian observasi yang panjang, pada Mei 2024, Destario resmi mempublikasikan anggrek tersebut pada jurnal jurnal Edinburgh Journal of Botany sebagai spesies baru endemik Sulawesi dengan nama Aerides obyrneana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menjelaskan, sebelum spesies baru ini ditemukan, terdapat lima spesies Aerides tercatat dari Indonesia. Diantaranya  spesies Aerides odorata yang tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.  Spesies Aerides endemik, A. timorana, tercatat dari kawasan kepulauan Nusa Tenggara.

Sedangkan tiga spesies endemik lainnya tercatat berasal dari Sulawesi, yaitu A. huttonii, A. inflexa, dan A. thibautiana. Sejauh ini belum ada catatan ilmiah keberadaan anggrek Aerides dari habitat alami di kawasan Maluku dan Papua.

Baca Juga :  BRIN Jelaskan Ada Awan yang Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas

“Spesies baru ini memiliki sosok bunga atraktif dengan kombinasi warna yang langka di genusnya, yaitu sepal dan petalnya berwarna putih keunguan dengan bibir bunga berwarna kuning cerah kehijauan,” ujar Destario dikutip dari siaran pers BRIN pada Minggu (18/8/2024).

Destario mengungkapkan, “Epithet obyrneana” pada spesies baru itu, diambil dari nama mendiang Peter O’Byrne, pemerhati anggrek dan penulis berbagai referensi taksonomi anggrek di kawasan Asia Tenggara, khususnya Sulawesi. “Ia juga sosok yang pertama kali mengajarkan taksonomi anggrek secara mendalam kepada saya,” ujarnya.

Destario juga menyampaikan, anggrek yang juga dikenal dengan nama populer anggrek kuku macam tersebut hidup di habitat alaminya secara epifit, yaitu tumbuh menempel di permukaan batang pepohonan, namun tidak bersifat parasit yang merugikan pohon inangnya. Ukuran anggrek juga terbilang tidak terlalu besar. Batang berdaun hanya berukuran tinggi sekitar 10-16 centimeter (cm) saja.

Daunnya berseling memanjang seperti pita dengan bentang sepanjang 4-13 cm. Memiliki beberapa akar lekat yang panjangnya mencapai 60 cm dengan fungsi untuk menyerap kelembaban dari udara maupun dari kulit pepohonan, sekaligus sebagai tempat menyimpan cadangan air.

Baca Juga :  Dikira Mayat Terapung, Eh Rupanya Cuma Berendam. Malaikat Kena Prank!

Saat mekar sempurna, bunganya berukuran lebar sekitar 2,4-2,6 cm. Sepal dan petal bunganya kaku dan berlilin, bibir bunganya bercuping tiga dengan cuping tengah berbentuk melebar seperti kipas (flabellate) yang terbelah membentuk 4 ruang (lobules) dengan tepi bergerigi. “Anggrek ini juga memiliki dagu bunga (spur) yang melengkung dan biasanya berisi cairan nektar bagi serangga penyerbuk,” ujar Destario.

Habitat tempat hidup anggrek Aerides obyrneana berupa tepian hutan semi-terbuka dengan sirkulasi udara yang lancar dan berintensitas cahaya sekitar 50-70 persen. Dengan memperhatikan morfologi daunnya yang sempit memanjang, memiliki jaringan daun yang cukup tebal, serta permukaan atas yang berkutikula, maka dapat diketahui bahwa anggrek ini nampaknya adaptif pada lingkungan dengan kelembaban rendah, serta suhu dan intensitas cahaya yang tinggi. Karakter morfologi demikian biasanya sangat menguntungkan untuk bertahan pada kondisi kekeringan berkepanjangan melalui penurunan laju penguapan serta mempertahankan kandungan air dalam jaringan.

Dilihat dari karakter bunganya, lanjut Destario, spesies baru anggrek dari Sulawesi itu mirip dengan spesies Aerides upcmae yang endemik Filipina dan juga A. houlletiana dari kawasan Indochina, namun memiliki perbedaan mencolok pada cuping tengah bibir bunganya yang berbentuk kipas melebar serta terbelah membentuk 4 ruang, karakter kalus yang memanjang pada permukaan cuping tengah, serta perbedaan karakter ornamen kalus di bagian dalam dagu bunganya.

Baca Juga :  Universitas Pendidikan Indonesia, Fakultas dan Jurusan

Berdasarkan data distribusi yang ada saat ini, anggrek Aerides obyrneana dianggap sebagai spesies endemik Sulawesi dengan jangkauan sebaran alami yang terbatas. Dengan ketersediaan data yang masih terbatas, status konservasi spesies baru ini diusulkan untuk masuk pada kategori kritis (Critically Endangered) berdasarkan kriteria IUCN Redlist (International Union for Conservation of Nature).

Selain ancaman konversi habitat alami, kekhawatiran lain datang dari potensi ancaman pengambilan tak terkendali di alam untuk memenuhi permintaan perdagangan komersial. Biasanya, kemunculan spesies baru anggrek akan mendorong permintaan yang tinggi dari para hobiis untuk mendapatkannya. Terlebih anggrek A. obyrneana ini memiliki bunga dengan bentuk bibir bunga dan kombinasi warna unik yang sangat atraktif. Bahkan bisa disebut sebagai spesies anggrek Aerides paling indah di Indonesia.

“Maka dari itu, penting adanya kerjasama berbagai pihak, termasuk dari komunitas hobiis, untuk secara bersama-sama melakukan upaya pelestarian berkelanjutan agar perhiasan belantara ini tak kunjung punah,” pungkas Destario.

Penulis : DI

Editor : IZ

Berita Terkait

Kepala BNN Beri Dukungan Film Karya Mantan Pecandu Narkotika
Merdeka Belajar: Transformasi Pendidikan Indonesia dengan Teknologi dalam Lima Tahun Terakhir
Kemenhub Sukses Bangun 521 Infrastruktur Transportasi selama Satu Dekade Pemerintahan Jokowi
Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi
Pemerintah Siap Revisi Tarif Ojol, Menkominfo Pastikan Semua Aspirasi Diperhatikan
Menkominfo: Digitalisasi Pesat di Era Jokowi, Fondasi untuk Indonesia Emas 2045
Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox

Berita Terkait

Selasa, 8 Oktober 2024 - 07:46 WIB

Kepala BNN Beri Dukungan Film Karya Mantan Pecandu Narkotika

Jumat, 4 Oktober 2024 - 09:14 WIB

Merdeka Belajar: Transformasi Pendidikan Indonesia dengan Teknologi dalam Lima Tahun Terakhir

Rabu, 2 Oktober 2024 - 08:03 WIB

Kemenhub Sukses Bangun 521 Infrastruktur Transportasi selama Satu Dekade Pemerintahan Jokowi

Senin, 16 September 2024 - 11:52 WIB

Segera Periksakan Diri jika Alami Gejala Mpox untuk Deteksi Dini dan Isolasi

Senin, 2 September 2024 - 07:41 WIB

Pemerintah Siap Revisi Tarif Ojol, Menkominfo Pastikan Semua Aspirasi Diperhatikan

Jumat, 30 Agustus 2024 - 08:07 WIB

Menkominfo: Digitalisasi Pesat di Era Jokowi, Fondasi untuk Indonesia Emas 2045

Kamis, 29 Agustus 2024 - 07:53 WIB

Antisipasi Mpox, Kemenhub Terapkan SATUSEHAT Health Pass bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri

Rabu, 28 Agustus 2024 - 09:00 WIB

Ini Langkah Kesiapsiagaan Indonesia Hadapi Wabah Mpox

Berita Terbaru

Anggota Bawaslu RI Puadi. Foto: Bawaslu RI

Politik

Bawaslu Temukan Beberapa Pelanggaran Pilkada 2024

Rabu, 9 Okt 2024 - 07:58 WIB

Rajapola