INIKEPRI.COM – Satelit Euclid, satelit baru yang dikembangkan oleh European Space Agency (Esa), berhasil diluncurkan ke luar angkasa pada hari Sabtu. Melalui misinya yang bertujuan untuk mengungkap rahasia energi gelap dan materi gelap, Euclid diharapkan dapat memberikan pemahaman baru tentang alam semesta kepada manusia.
Euclid, dinamai dari ahli matematika Yunani kuno yang terkenal sebagai “bapak geometri”, diangkut menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral. Peluncuran ini disiarkan langsung melalui Nasa TV, memperlihatkan momen penting tersebut kepada seluruh dunia.
Dengan anggaran sebesar $1,4 miliar, Euclid merupakan misi besar yang direncanakan akan berlangsung minimal enam tahun. Misi ini diharapkan dapat mengubah bidang astrofisika dan meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat gravitasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah melakukan perjalanan selama sebulan, Euclid akan mencapai orbit matahari sekitar 1,6 juta kilometer dari Bumi. Di sana, Euclid akan memanfaatkan teleskop sudut lebar untuk menjelajahi evolusi “alam semesta gelap”. Misinya adalah melakukan survei terhadap galaksi-galaksi yang berjarak 10 miliar tahun cahaya dari Bumi, melintasi wilayah yang sangat luas di luar galaksi Bima Sakti kita.
Euclid, dengan berat sekitar 2 ton, dilengkapi dengan instrumen khusus yang dirancang untuk mengukur intensitas dan spektrum cahaya inframerah dari galaksi-galaksi tersebut. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menentukan jarak antara galaksi-galaksi tersebut dengan akurasi tinggi.
Misi Euclid fokus pada dua komponen dasar alam semesta yang gelap, yaitu materi gelap dan energi gelap. Materi gelap diyakini mempengaruhi bentuk dan struktur kosmos secara teoritis, sedangkan energi gelap diyakini bertanggung jawab atas perluasan semakin cepatnya alam semesta.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa energi gelap dan materi gelap secara bersama-sama membentuk sekitar 95% dari seluruh kosmos yang kita kenal. Hanya 5% sisanya yang merupakan materi biasa yang dapat kita amati.
Euclid merupakan hasil kolaborasi antara European Space Agency (Esa) dan NASA. Esa bertanggung jawab atas perancangan dan pembuatan satelit ini, sedangkan NASA menyediakan fotodetektor untuk instrumen inframerah-dekatnya. Lebih dari 2.000 ilmuwan dari 13 negara Eropa, AS, Kanada, dan Jepang juga terlibat dalam proyek ini.
Sebelum peluncurannya, Euclid telah melalui satu dekade masa persiapan. Awalnya, misi ini direncanakan akan menggunakan roket Soyuz Rusia, tetapi karena adanya perang di Ukraina dan keterbatasan slot peluncuran dari program roket Arianne Eropa, rencana peluncuran berpindah ke SpaceX, perusahaan milik Elon Musk yang berbasis di California.
Meskipun James Webb Space Telescope yang diluncurkan oleh NASA tahun lalu memungkinkan para astronom mempelajari objek-objek alam semesta awal dengan kejernihan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Euclid memiliki fokus yang berbeda. Euclid akan memetakan struktur dan mekanika kosmos yang tersembunyi, menghasilkan peta tiga dimensi dari lebih dari 1 miliar galaksi secara keseluruhan.
Misi Euclid akan mengumpulkan data selama 10 miliar tahun terakhir sejarah kosmik dan mempelajari perubahan subtil dalam bentuk dan posisi galaksi. Diharapkan bahwa melalui analisis tersebut, akan terungkap variasi halus dalam percepatan kosmik yang secara tidak langsung akan mengungkap rahasia energi gelap.
Selain itu, Euclid juga akan membantu dalam pemahaman materi gelap melalui pengukuran efek pelensaan gravitasi. Efek ini akan menghasilkan distorsi pada bentuk galaksi yang terlihat, memberikan petunjuk tentang keberadaan materi tak terlihat yang mempengaruhi jalinan ruang.
Euclid diharapkan memberikan sumbangan besar bagi bidang astronomi selama beberapa dekade ke depan. Yannick Mellier, pimpinan konsorsium Euclid dan seorang astronom di Institut d’Astrophysique de Paris, menyebutnya sebagai “tambang emas” yang akan memberikan wawasan baru tentang pembentukan dan distribusi galaksi di seluruh alam semesta yang kita kenal. (RBP/CEKRICEK)