INIKEPRI.COM – Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryantono mengatakan saat ini proses industrilisasi 4.0 yang serba digital, bahwa adanya pergeseran transformasi.
Saat tayangan Pemilu 2024: Strategi Perluas Lapangan Kerja yang ditayangkan di Youtube FMB9 pada Senin (5/2/2024) Nunung mengatakan karena itulah dibutuhkan kesiapan dalam pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi akan menjadi suatu pekerjaan baru.
“Namun membutuhkan jangka waktu yang relatif lama yang perencanaannya tidak bisa satu hingga dua tahun. Membutuhan road map jangka menengah hingga jangka panjang,” kata Nunung.
Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan APINDO Darwoto mengatakan apa yang dilakukan Kemenko PMK melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68/2022 sangat bagus, namun menurutnya belum terimplemetasi secara maksimal terutama pada pendidikan.
BACA JUGA:
UU ASN Akhiri Masalah Tenaga Honorer
“Kolaborasi dunia usaha dengan Kementerian sudah terjalin dengan baik sesuai Perpres tersebut. Persiapan SDM secara kompetensi dilihat dari tiga aspek, yaitu skill, knowledge, dan attitude,” kata Darwoto.
Lanjutnya, jangan hanya fokus pada skill saja namun attitude dilupakan. Karena jika attitude sudah terbentuk dengan baik, maka adaptasi terhadap perubahan yang ada akan mudah diterima tenaga kerja.
“Fokus dunia usaha saat ini adalah ketika membutuhkan tenaga kerja, harus sudah siap di pasar kerja. Hal yang dibutuhkan diera digital ini adalah sistem digitalisasi terhadap informasi pasar kerja,” kata Darwoto.
Peneliti dan Pengamat Ketenagakerjaan Tadjuddin Noer Effendi mengatakan Indonesia belum maksimal memanfaatkan bonus demografi. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah investasi.
“Tidak hanya infrastruktur, tapi investasi asing dan investasi dalam negeri. Pengurusan izin menjadi salah satu hambatan masuknya investasi,” kata Tadjuddin.
Menurutnya, investasi tidak masuk karena beberapa hal. Pertama masalah pengurusan izin, kedua kondisi politik Indonesia tidak stabil, dan ketiga kompetensi SDM Indonesia belum memadai untuk mangisi peluang kerja yang sudah masuk dalam era digital. (DI)