INIKEPRI.COM – Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu Kemenkes mengatakan Indonesia menetapkan target eliminasi Tuberkulosis (TB) pada 2030 dan menetapkan empat strategi nasional untuk mencapai target tersebut.
Strategi pertama yaitu menambah fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengidentifikasi TB. Menteri Kesehatan, kata Maxi saat ini jumlah fasyankes yang mampu mengidentifikasi TB masih terbatas,
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TB tertinggi kedua di dunia setelah India, yakni dengan estimasi kasus sebanyak 969.000 dan kematian 144 ribu per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Untuk itu pemerintah secara bertahap akan menambah dan melengkapinya dengan sarana dan prasarana yang mendukung proses identifikasi dan pengobatan TB,” kata Maxi melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik Kamis (7/9/2023).
BACA JUGA :
Jangan Terlalu Sering Makan Bakso, Efeknya Bikin Merinding Lho!
Waspada Punya Perut Buncit! Dapat Sebabkan Serangan Jantung
Strategi kedua, memperkuat dan memperluas surveilans berbasis laboratorium. Menkes menyampaikan kedepan proses pemeriksaan TB tidak hanya menggunakan TCM, tetapi juga menggunakan laboratorium PCR yang tersebar di seluruh Indonesia dan memakai reagen produksi dalam negeri.
Strategi ketiga, lanjut Maxi membentuk TB Army yang merupakan kegiatan pelacakan pasien initial Lost to Follow Up (iLTFU) TBC RO dengan melibatkan peran penyintas TB dan organsiasi TB. TB Army pertama kali diinisiasi pada Oktober 2022.
Secara bertahap mulai dikembangkan di beberapa daerah. Pilot Project dilaksanakan secara bertahap di 6 kabupaten/kota. Selama piloting, TB Army telah melacak 96 orang TB RO. TB Army resmi diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin pada Selasa (29/8/2023).
Maxi menambahkan, saat ini Kemenkes tengah melakukan penelitian bagi penerapan mekanisme baru pengobatan bagi pasien TB RO. Sehingga pasien TB RO tidak perlu berobat selama 20 bulan, karena itu sangat sulit dan lama. Adanya mekanisme baru ini, pengobatan pasien TB RO bisa dipercepat.
Strategi terakhir adalah mengembangkan vaksin TB. Menkes menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang mengembangkan 3 jenis vaksin TB. Ketiganya menggunakan teknologi yang berbeda-beda dan Indonesia dipastikan akan menjadi lokus uji klinis.
Ia merinci vaksin TB pertama berbasis protein rekombinan dari Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin kedua berbasis viral vektor yang dikembangkan oleh CanSino-Etana. Vaksin ketiga berbasis mRNA dikembangkan oleh BioNTech bekerja sama dengan Biofarma.
Dari keempat strategi ini, Maxi berharap seluruhnya bisa dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan seluruh pihak termasuk masyarakat. Hal ini mengingat TB menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi.
“Kita harus agresif karena kita berbicara penyakit yang kematiannya melebihi COVID-19. Penyakit yang sudah puluhan tahun tidak bisa kita selesaikan, penyakit yang dengan saling bekerjasama pasti bisa kita tuntaskan,” kata Maxi. (RBP)